Puisi-puisiku kusimpan rapat di dalam tanah. Engkau tak bisa memaksa seseorang membuat puisi atau bahkan membacakannya karena kau tak tahu betapa mungkin berharganya kata-kata dalam dirinya. Aku sendiri tak berani membaca puisiku sendiri karena itu seperti mantra pengundang hujan. Musim hujan akan beranjak tiba di matamu.

Terakhir kali aku membacanya karena dipaksa kawanku di sebuah warung pada kurun 2013 aku berhenti dan tidak kuat. Kata-kata adalah jembatan kepada jiwa. Dengan kata-kata, banyak para penyair menjadi kekasih Tuhan. Aku kagum pada kitab-kitab para ulama kuno, kata-katanya telah dihapal turun temurun dan menembus waktu ribuan tahun.

Puisi adalah kehidupan dan kehidupan adalah puisi. Aku ingat sekali pesan dari kesunyian: “Orang yang tidak bergetar membaca puisinya sendiri takkan mungkin bergetar membaca ayat-ayat Tuhannya”. Bukan hatimu yang mati, tetapi kekasih yang enggan tinggal disana.